RSUD BUlah Belum Penuhi Syarat Tipe C
Bula-Maluku 01/02,Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bula Kabupaten Seram bagian Timur Dr Diki Ahmad mengatakan RSUD Bula dari sisi Kelayakan telah memenuhi syarat untuk dinaikan statusnya sebagai RSU Tipe C,karena telah memiliki istalasi penunjang seperti ruang radiologi, laboratorium dan instalasi farmasi, namun menurutnya selama ini yang masih menjadi masalah adalah anggaran pemeliharaan gedung.
Dia mengatakan untuk merawat gedung RSUD BUlah secara baik dan Benar makan dibutuhkan dana sebesar Lima Ratus Juta Rupiah untuk bias membayar tenaga yang melakukan perawatan terhadap gedung RSUD itu, saat ini akibat kurangnya perawatan menyebabkan sebagian ruang gedung sudah mulai mengalami keratakan sehingga harus ada perawatanyang ekstra dengan dukungan dana yang besar dari pemerintah SBT, mengingat pemerintah pusat tidak lagi memberikan dana pemeliharaan.
Menurutnya RSUD Bula memilik peralatan yang lebih memadai bahkan jika dibandingkan dengan RSUD Maluku Tengah alat-alat kesehatan pada RSUD Bula masih lebih lengkap,canggih dan cukup memadai, akan tetapi yang menjadi kendala saat ini adalah pelayanan PLN mengingat banyak Alat Kesehatan yang rusak akibat seringnya pemadaman PLN secara mendadak tanpa pemberitahuan sehingga menyebabkan banyak peralatan yang rusak,sementara tenaga teknis yang tersedia untuk peralatan tersebut blm ada di Maluku. Untuk tenaga teknis ini Dokter Diki berencana akan mendatangkan tenaga kontrak dari luar Maluku.
Terkait dengan tenaga Medis Dia mengaku kalau tenaga Medis yang tersedia di RSUD Bula khusus untuk tenaga Perawat sudah sangat cukup,namun yang masih masih dibutuhkan adalah tenaga spesial karena saat ini hanya baru ada Satu Tenaga Spesialis kebidanan, sedangkan ahli bedah penyakit dalam, dan ahli mata masih menggunakan Tenaga kontrak.
Menurutnya untuk memenuhi standar RSUD tipe C maka harus membutuhkan 200 lebih tenaga Medis,karena saat ini yang baru tersedia adalah sekitar 90 tenaga medis, untuk tenaga umum baru mencapai 20 orang, minimal untuk memenuhi kebutuhan RSUD tipe C harus mencapai 16 tenaga umum sedangkan yang baru tersedia baru 6 orang, sedangkan yang dokter Spesialis baru 4 orang.
Terkait dengan penilaian yang menyatakan RSUD yang paling terkotor,menurut Dokter Diki mengatakan penilaian tersebut merupakan krtik bagi Pemerintah SBT untuk dapat memperhatikan dan merawat RSUD BUla secara baik, bahkan menurutnya penilaian RSUD Bula yang paling kotor sangat tidak obyektif karena RSUD Bulah memiliki halaman yang sangat luas dan ruang yang paling banyak sementara anggaran untuk pemeliharaan sangat terbatas, untuk merawat RSUD Bulah dibutuhkan dana sekitar Lima Ratus Juta Rupia, untuk membayar tenaga sebanyak 60 orang.Pait
SARADAN NEWS
Selasa, 31 Januari 2012
Senin, 30 Januari 2012
Warga Keswui SBT Minta Kapal Yang Layak
DPRD SBT Akui Transportasi Laut
Di SBT Sangat Minim
Bula-Maluku 31/01, Anggota DPRD Kabupaten Seram
Bagian Timur Agil Rumakat mengatakan kalau sampai saat ini masalah Transportasi
belum dirasakan secara maksimal oleh masyarakat di Kabupaten Seram Bagian Timur
(SBT), Dia mengtatakan Kondisi Geografos SBT yang merupakan pulau-pulau saat
ini sangat membutuhkan trasportasi yang memadai untuk dapat menjangkau semua
kecamatan di SBT.
Menurutnya Pemerintah Kabupaten
SBT telah mencobah untuk memberikan anggaran khusus untuk membeli kapal milik
Pemerintah daerah untuk melayani masyarakat di SBT namun karena keterbatasan
dana maka semua yang telah direncanakan itu tidak dapat terealisasi dengan
baik, bahkan dana tersebut menurut Agil telah dialihkan untuk pembelian kapal
yang lain namun dana tersebut hilang tidak dfiketahui keberadaan.
Saat ini kapal yang melayari
kawasan Seram Bagian Timur adalah KM Chantika namun cantika tidak mampu untuk
menyelesaikan masalah transportasi di Kabupaten Deram Bagian Timur,ironosnya
lagi kapal tersebut saat ini belum ada rencana untuk melayari Rute
Geser-Gorom-Keswui dan Sampai ke Dobo, sehingga menyebabkan para pengguna jasa
angkutan laut khususnya Geser-Gorom-Keswui terlunta-lunta di Kota Ambon karena
belum ada kepastian Kapal yang melayari rute tersebut.
Dia berharap ada niat baik dari
Pemerintah Kabupaten SBT untuk bias menjawab persoalan transportasi di daerah
ini, khususnya di Kabupaten SBT, sementara itu warga Keswui Kabupaten Seram
Bagian Timur juga meminta agar pemerintah Provinsi dapat memberikan sebuah
kapal yang layak bagi mereka, sehingga mereka dapat menikmati pembangunan di
Maluku khususn pembangunan Transportasi.
Sementara itu Agil Rumakat juga
meminta pemerintah Kabupaten SBT untuk segera membuka pangkalan pelayaran
Angkutan Laut kapal Ferry untuk dapat menghubungkan kabupaten dan kecamatan,
namun Dia mengaku kalau memasuki priode ke Dua pemerintahan yang telah memasuki
delapan tahun ini belum ada pembangunan yang menjangkau secera keseluruhan
masyarakat yang ada di Kabupaten seram Bagian Timur.Pait
Sekda SBT Mengaku Tidak Tahu Soal Banggoi Kampung
Sekda SBT Akan Berkordinasi
Dengan Dinas terkait Soal Banggoi Kampung
Sekertaris Daerah Kabupaten Seram
Bagian Timur (SBT) Syarif Makmur mengatakan akan melakukan kordinasi dengan
Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk segera melakukan
pertemuan dengan masyarakat Banggoi Kampung (Banggoi Adat) yang memintah agar
mereka segera direlokasikan ke tempat yang lebih layak dan muda dijangkau.
Dia mengatakan, kalau keinginan
dari masyarakat Banggoi untuk direlokasikan maka pemerintah akan segera
mengambil langkah namun harus dilakukan dengan menyerap aspirasi dari
masyarakat Banggoi termasuk dengan Camat dan Kepala Desa sehingga benar-benar
murni keinginan untuk direlokasi, namun demikian menurutnya camat harus
memiliki peranan penting dalam melihat persoalan masyarakatnya termasuk
melakukan teguran terhadap Kepala Desa Banggoi Kampung yang tidak peduli
terhadap warganya.
Sebelumnya warga Banggoi sangat
menderita karena ulah Kepala Desa yang berbuat seenaknya tanpa memikirkan
masyarakat, banyak warga mengelu karena tanah mereka dijual dengan alasan tanah
milik desa, padahal tanah tersebut adalah milik warga setempat, ulah kepala
Desa Banggoi Ismail Balimang ini telah disampaikan kepada Kepala Kasatuan
Bangsa Polik dan Keamanan SBT termasuk kepada kepala tata Pemerintahan
Kabupaten SBT namun tidak pernah ditanggapi.
Sekertaris Daerah SBT Syarif
Makmur mengatakan, pemerintah Kabupaten akan memintah Kepala Kesbang Pol dan
Tata pemerintahan untuk segera melakukan pemanggilan terhadap Kepala Desa dan
Camat untuk melakukan kordinasi sekaligus memintah penjelasan soal kondisi ril
yang terjadi di desa Banggoi.
Sekda mengaku belum mengetahui
keberadaan warga di Banggoi tersebut, bahkan dirinya baru mengetahui saat
dikonformasi oleh wartawan, untuk itu Dia berjanji akan segera melakukan
kordinasi dengan Dinas terkait untuk segera melakukan infestigasi langsung ke
lapangan sehingga persoalan yang terjadi di Banggoi dapat teratasi dengan baik.
Menurutnya
semua persoalan Banggoi Kampung baru diketahui, karena selama ini tidak ada
jalan yang masuk ke Banggoi Kampung, satu-satunya jalan untuk sampai ke banggoi
Kampung adalah dengan melintasi sungai yang panjangnya menyapai 14 Kilo meter menggunakan
perahu sampan
Minggu, 29 Januari 2012
Pemda SBT Lamban Tanggapi Masalah Banggoi Kampung
Pemda SBT Dinilai Lamban Melihat Persoalan Banggoi.
Bula-Maluku 30/01,Anggota DPRD Kabupaten Seram
Bagian Timur Agil Rumakat sangat menyayangkan sikap Pemerintah kabupaten Seram
Bagian Timur (SBT)yang terkesan cuek dan tidak memperdulikan penderitaan
masyarakat Desa Banggoi kampung (Desa Adat) yang saat ini minta dikasihani
akibat ula kepala Desanya Ismail Balimang yang tidak bertanggungjawab terhadap
warganya.
Dia mengatakan, Pemerintah
Kabupaten Seram Bagian Timur segara memanggil Kepala Desa Banggoi Kampung untuk
dapat mempertanggungjawabkan warganya yang sudah semakin menderita, dan
terisolasi dari berbagai aspek. Warga kemudian minta untuk segera direlokasi ke
tempat lain yang dianggap layak untuk melakukan aktifitas.
Menanggapai hal itu Agil Rumakat
mengatakan untuk merelokasikan warga banggoi kampung ke tempat lain karena
pertimbangan keselamatan dan kemudahan menjangkau Kota Bula tidak sulit namun
Dia berharap keinginan untuk direlokasi tersebut jangan sampai menghilangkan
kearifan local Banggoi Adat yang selama ini telah ada sejak turun-temurun.
Untuk itu menurtnya harus ada
kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten SBT dan Pemerintah Desa serta
warga banggoi Kampung untuk mendapat kesepakatan bersama soal relokasi mereka,
karena Banggoi merupakan desa adat yang tidak boleh ditinggalkan begitu saja
hanya karena persoalan kepala desa yang tidak pernah memperhatikan mereka,
untuk itu Dia berharap ada langkah tegas dari Pemerintah kabupaten SBT untuk
menyelamatkan desa Banggoi.
Sebagai wakil rakyat Dirinya
berharap kepada Pemerintah Kabupaten SBT agar segera mengankat kepala Desa
banggoi Kampung yang definitif agar memperhatikan Desa Banggoi Adat sehingga
komunikasi antara masyarakat Banggoi dan Pemerintah Kabupaten SBT dapat
berjalan dengan baik, Agil sangat menyayangkan sikap lamban dari Pemerintah
Kabupaten SBT sehingga dari sekitar 20 lebih Kepala Keluarga yang ada saat ini
hanya sekitar 12 Kepala Keluarga.
Menurutnya Pemerintah Kabupaten
memiliki tanggungjawab moral untuk menyelesaikan persoalan Banggoi ini yang
mempertemukan semua komponen yang terkait sehingga bisa mengambil sebuah
keputusan yang bisa mengakomudir semua kepentingan masyarakat Banggoi.Pait
Sabtu, 28 Januari 2012
Kepala Desa Banggoi Kabupaten SBT Bersenang-Senang Diatas Penderitaan Warganya
Warga Banggoi Sangat Menderi
Bula-Maluku 29/01,Warga Banggoi Kampung Desa Adat
Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) meminta pemerintah Kabupaten SBT untuk
mencari tempat yang layak bagi mereka, karena kondisi desa Banggoi Kampung saat
ini sudah sangat memprihatinkan dari sisi
kelayakan Banggoi ibarat desa yang tidak berpenghuni, padahal menurut warga
setempat Banggoi sejak 20 tahun silam sangat berkembang dan ramai, namun
kondisi itu sudah sangat redup, bahkan dipastikan Banggoi Kampung hanya Tinggal
nama kalau tidak segera diselamatkan.
Banggoi mengkin merupakan ukuran
kemiskinan di Kabupaten SBT, padahl Banggoi masih berada di sekitar 20 kilo
meter dari Kota Kabupaten, tetapi perhatian pemerintah SBT tidak pernah
tertujuh kepada desa Banggoi Kampung yang merupakan induk dari Banggoi Trans,
Banggoi Akibo, dan beberapa desa yang ada di Kabupaten SBT.
Pantauan Fajar Maluku di Desa
Banggoi Adat (Banggoi Kampung), ternyata sebagian besar warga sudah pergi
meninggalkan rumah meraka, dari sekitar 20 Kepala Keluarga (KK) sesuai
informasi dari warga setempat yang masih menetap saat ini sekitar 10 KK, alas
an utama mereka keluar adalah karena selama ini tidak pernah ada jalan yang
dibangun menghubungkan desa Banggoi Kampung,jika dibandingkan dengan desa lain
yang baru dibangun malah lebih maju dan berkembang seperti daerah transmigrasi.
Banggoi Kampung merupakan desa
yang sangat terisolasi dari berbagai pembangunan di Kabupaten SBT, karena untuk
ke Kota Bula masyarakat hanya menggunakan perahun sampan sebagai satu-satunya
perhubungan alternatif dengan menyeberangi sungai yang panjang sekitar 14 kilo
meter dan menyeberangi hutan untuk
sampai ke jalan lintas Bula. Selain itu untuk mendapatkan air bersih warga juga
menggunakan sampan menyeberangi sungai baru bias mendapatkan air, itupun bukan
sepenuhnya air tawar.
Saat tiba di Banggoi, kondisi kampung
sangat tidak terawat bahkan yang
terlihat hanya ternak sapi yang merupakan peliharaan warga, sapi-sapi tersebut
menempati rumah-rumah warga yang telah lama ditinggal pergi. Salah satu warga
Ibu Na yang sejak 6 bulan meninggalkan Banggoi mengaku, kalau banyak warga yang
memilih keluar karena ulah Kepala Desa Banggoi Ismail Balimang yang tidak
memperhatikan warganya.
Dia mengaku Ismail Balimang tidak
pernah hidup bersama masyarakat, saat masyarakat harus berjuang sendiri mengatasi persoalan yang terjadi di
kampung, seperti air pasang yang naik sampai lutut orang dewasa, ironosnya lagi
selama ini tidak ada upaya untuk mengatasi persoalan yang dialami warga Banggoi
kampung itu. Untuk itu mereka meminta agar segera direlokasikan ke tempat yang
lebih muda dijangkau.
Menurut Ibu Na, Kepala desa tidak
pernah tinggal dirumahnya di Banggoi, bahkan sebagian warga mengatakan kalau
Ismael Balimang bukan kepala desa di Banggoi, tetapi kepala desa Bula, atas
dasar itu masyarakat lebih memimilih untuk keluar dari Banggoi kampung,
menurutnya kalau Kepala desa Banggoi Kampung telah melakukan hal yang menyalahi
adat, karena perkembangan kampung sangat tergantung kepada kepala desanya.
Dia mengatakan Bupati Abdulah
segera menggambil langkah untuk mengganti Kepala desa Banggoi Kampung untuk
menyelamatkan tradisi adat yang ada sejak leluhur mereka, karena menurutnya apabilah tidak segera
dilakukan maka Banggoi Kampung perlahan namun pasti akan hilang dari Kabupaten
SBT.
Untuk mengatasi persoalan Banggoi
saat ini diperlukan peran semua pihak Pemerintah Kabupaten SBT, Dinas terkait
termasuk peran anggota DPRD, bahkan menurut Warga sampai saat ini Bupati SBT
Abdulah Vanat belum pernah mengunjungi desa Banggoi Kampung.Pait
Langganan:
Postingan (Atom)