DIrektur SRUD SBT Diki Tidak Membatasi Aktifitas Dokter Diluar Jam Kerja
Bula-Maluku 11/09, Direktur Rumah Sakit Daerah
(RSUD) Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) Diki Ahmad Hidayat mengatakan para
dokter yang melaksanakan tugas pelayanan di Klinik semuanya diluar jam kerja,
karena tidak membatasi mereka untuk mencari penghasilan tambahan diluar pejerjaan
utama mereka. Penjelasan tersebut disampaikan Diki Ahmad Hidayat di raung
kerjanya Selasa Siang.
Dia mengatakan telah melakukan
penertiban terhadap para Dokter agar
pada saat jam kerja tidak melayani pasien ditempat lain, seperti klinik
dan tempat praktek lainnya, penegasan itu sekaligus mempertegas pernyataan
Bupati SBT Abdulah Vanat yang memintah
dokter yang memiliki klinik untuk ditutup kalau tidak becus mengurus RSUD
Kabupaten SBT di Bula.
Diki Ahmad Hidayat mengatakan,
saat ini semua doker jaga telah disiapkan ruangan pada RSUD SBT agar pelayanan
terhadap masyarakat dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga tidak ada lagi
keluhan terhadap buruknya pelayanan RSUD. Terkait dengan tudingan kalau Dokter
yang bekerja di RSUD SBT lebih mengutamakan klinik jika dibandingkan dengan
perhatian mereka untuk mengurus RSUD SBT,
Menurut Diki Ahmad Hidayat sebagai
dokter memiliki fungsi struktur sebagai Direktur RSUD SBT dan memiliki fungsi
fungsional sebagai medis yang memungkinkan untuk melakukan pelayanan terhadap
pasien diluar jam kerja. Diki Mengaku selama ini Dokter
selalu dijadikan sebagai kambing hitam, sehingga masyarakat harus juga mengerti
profesi sebagai seorang dokter, sehingga harus ada komunikasi yang baik
sehingga tidak menimbulkan kerancuan informasi antara dokter dan pasien. Walau
demikian Diki mengatakan kalau saat ini para Dokter telah siap selama 24 jam di
RUSD SBT untuk melakukan pelayanan.
Direktur RSUD Kabupaten Seram
Bagian Timur (SBT) Diki Ahmad Hidayat memintah maaf kepada masyarakat SBT kalau
selama ini pelayanan di RSUD SBT tidak maksimal, karena keterbatasan tenaga
Dokter serta keterbatasan kahlian dari juru rawat yang bertugas di SBT baik
secara ketrampilan maupun jumlah.
Menurut Dia RSUD SBT dengan
pelayanan yang penuh membutuhkan tenaga sabanyak 350 orang staf, sedangkan yang
tersedia saat ini adalah di RSUD SBT adalah 130 tenaga, yang lebih banyak
adalah tenaga medis perempuan. Hal ini disampaikan Diki terkait dengan keluhan
masyarakat dimana beberapa pasien yang meninggal di RSUD karena lambannya
penanganan.
Selain itu Dia juga mengaku pada
saat itu banyak tenaga Medis yang melakukan mudik Lebaran ke daerah
masing-masing sehingga dari jumlah 130
menjadi 15 orang tenaga medis itu yang menyebabkan pelayanan di RSUD SBT menjadi
tidak normal dan mengakibatkan korban meninggal sebelum akhirnya mendapat
pelayanan medis.
Diki mengatakan buruknya
pelayanan bisa saja disebabkan karena ketrampilan serta etika pagawai yang
belum dilakukan pembinaan. Namun disisi lain Dokter Diki mengaku kalau selama
ini banyak pasien yang dilarikan ke RSUD SBT jika pasien sudah dalam kondisi
para sehingga menyebabkan pasien meninggal sebelum dilakukan pertolongan.
Untuk itu Dia berharap agar
masyarakat dapat memperhatikan kondisi pasien dengan melihat gejala awal, untuk
segera dilarikan ke RSUD sehingga dapat diatasi dengan baik, dan pelayanannya
pun lebih murah dan terjangkau. Selain itu yang menjadi kendala selama ini
adalah buruknya komunikasi antara keluarga korban dan para juru rawat sehingga
menimbulkan penilaian masyarakat kalau pelayanan di RSUD SBT sangat buruk,
olehnya masyarakat juga harus memahami kinerja dari para Dokter dan juru rawat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar