
Walikota : Ambon Strategis Tapi Rawan Bencana
AMBON.-Maluku 14/08, Walikota Ambon, Richrad Louhenapessy mengungkapkan ada tiga potensi penyebab bencana di wilayah Kota Ambon. Tiga jenis bencana yaitu bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Menurut dia, sebagai Ibu Kota Provinsi Maluku, posisi Kota ambon sangat strategis sebagai peotensi unggulan. Namun dipihak lain posisi yang strategis tersebut , wilayah daerah ini memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang rawan terhadap terjadinya bencana.
"Topografi Kota Ambon 73 persen luas wilayahnya adalah lereng terjal, dengan kemiringan lebih dari 20 derajat. Sedankan morfologinya berupa perbukitan kasar dan terjal dengan ketinggian lebih dari 100 meter diatas permukaan laut. Belum lagi berlembah sempit bernetuk 'V'," ungkapnya dalam rapat paripurna DPRD Kota Ambon yang dilaksanakan di lantai dua Balai Kota, Jumat, 10 Agustus, dalam, rangka penyerahan tiga Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda). Ketiga Ranperda tersebut yakni tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Badan Penanggulagan Bencana Daerah Kota Ambon, ranperda terkait sistem peringatan dini dan tanggap dini konflik bernasis komunikasi, serta ranperda kurikulum pendiidkn damai dan multikultur.
Dengan kondisi wilayah seperti itu, ditambah lagi dari sisi kependudukan yang sampai bulan Juni tahun ini tercatat sebanyak 387.929 jiwa. Jumblah penduudk yang padat tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan lahan yang ada di kota ini, yang hanya memiliki luas wilayah daratan yang dapat dihuni hanya 17 persen, karena sebagian besarnya adalah wilayah tebing dan pegunungan.
Oleh sebab itu, melihat kodisi kerawanan yang ada, maka penanggulanganh bencana merupakan salah satu begian dari pembangunan daerah yaitu serangkaian kegiatan penangulangan bencana pada saat maupun terjadinya bencana. Selama ini, menurut Walikota masih dirasakan adanya kelemahan dalam pelaksanaan penangulangan bencana tersebut.
"Harus ada menejemen penanggulangan bencana yang baik. Sebab bencana mengakibatkan dampak kehilangan jiwa manusia, harta benda, ketrusakan sarana dan prasarana," tandasnya.
Dirincihkannya, dalam tiga tahun terakhir, mulai dari 2010 hingga 2012 telah terjadi bencana yang menimbulkan banyak korban jiwa, baik yang trejadi di Batu GFantung, Desa batu Merah, Kelurahan Batu Meja, Karang Panjang dan berbagai lokasinya, dan peristiwa bencana terbesar yakni pada 1 Agustus kemarin, dimana sekitar 29 titik di Kota Ambon terendam air.
Menurut dia, guna menghindari dan mengurangi kerugian yang sangat besar, maka diperluhkan upaya pennagulangan sejak dari pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Dan untuk melakukan kegiatan tersbeut diperluhkan adanya lembaga pennagulangan bencana yang representatif di daerah ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar